Rabu, 26 Juni 2013

Makalah Perubahan Bentuk Kata



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
            Dalam pertumbuhan bahasa banyak kata yang mengalami perubahan. Perubahan-perubahan pada suatu kata tidak hanya terjadi karena proses adaptasi, tetapi juga disebabkan bermacam-macam hal lain, misalnya salah dengar, usaha memendekkan suatu kata yang panjang dan sebagainya. Kata bis yang sehari-hari dipakai sebenarnya berasal dari kata veniculum omnibus, yang berarti ‘kendaraan untuk umum'. Tetapi karena terlalu panjang maka yang diambil hanya suku kata terakhir, yang sebenarnya hanya merupakan sebuah akhiran. Perlu kita ketahui juga bahasa indonesia bersifat dinamis, serta perubahan-perubahan itu disebabkan oleh berbagai proses morfologis. Dari makalah yang kami susun ini akan membahas tentang perubahan bentuk kata seperti analogi, adaptasi, kontaminasi, hiperkorek, kata baku serta kata pasar (tidak baku).

B.       Rumusan Masalah
  Dari latar belakang diatas dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan perubahan bentuk kata analogi, adaptasi, kontaminasi, hiperkorek dalam morfologi bahasa indonesia?
2.    Apa pengertian antara kata baku dengan kata yang tidak baku dalam bahasa Indonesia?

C.      Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dapat kita ketahui tujuan sebagai berikut:
1.    Mengetahui perubahan bentuk kata analogi, adaptasi, kontaminasi, hiperkorek.
2.    Mengetahui pengertian kata baku dan tidak baku dalam bahasa indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan Bentuk Kata

Perubahan bentuk kata dapat kita bedakan atas 1) perubahan dari bentuk kata-kata dari pebendaharaan kata-kata asli suatu bahasa karena pertumbuhan dalam bahasa itu sendiri, 2) perubahan dari kata-kata pinjaman.

A.  Adaptasi

Bahasa Indonesia selama berabad-abad mendapat bermacam-macam pengaruh dari luar, yaitu pengaruh dari bahasa-bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah. Semua bentuk asing itu tidak diterima begitu saja, tetapi selalu mengalami proses penyesuaian atau adaptasi sesuai dengan struktur bahasa Indonesia.

Adaptasi atau penyesuaian bentuk itu dapat dibedakan atas:

1. Adaptasi berdasarkan sistem fonologi bahasa Indonesia.

    Contoh: Voorschot (Belanda) > Persekot

                 Voorlper (Belanda)  > Pelopor

2. Adaptasi berdasarkan struktur bentuk kata (morfologi) dalam bahasa Indonesia.

    Contoh: Parameswari (Sansekerta) > Permaisuri

                 Prakara (Sansekerta)        > Perkara

Bila bentuk-bentuk asing itu tidak menunjukkan pertentangan-pertentangan atau perbedaan structural dengan bahasa Indonesia maka kata-kata asing itu diterima begitu saja tanpa mengalami adaptasi.

B. Analogi

Analogi adalah pembentukan suatu kata baru berdasarkan suatu contoh yang sudah ada. Misalnya berdasarkan bentuk-bentuk seperti sosialisme, sosialis, dan lain-lain, terbentuklah kata-kata seperti marhaenisme, marhaenis, pancasilais, dan lain-lain.

C. Kontaminasi atau Perancuan

Selain dari analogi ada cara pembentukan lain yang disebut kontaminasi atau perancuan, yakni dari dua ungkapan yang berlainan diturunkan suatu ungkapan baru.

Contoh: Dari ungkapan-ungkapan membungkukkan badan dan menundukkan kepala dibuat kontaminasi: menundukkan kepala.

Contoh kontaminasi frase:
Kadang-kadang      (benar)
Ada kala(nya)         (benar)
Kadang kala          (kontaminasi)
Berulang-ulang       (benar)
Berkali-kali             (benar)
Berulang kali         (kontaminasi)

Contoh kontaminasi kalimat:
Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat.       (benar)
Dalam rapat itu, hadir para pejabat setempat.        (benar)
Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (kontaminasi)
Anak-anak dilarang merokok.                                (benar)
Anak-anak tidak boleh merokok.                           (benar)
Anak-anak dilarang tidak boleh merokok.        (kontaminasi)


D.  Hiperkorek

Hiperkorek adalah kesalahan berbahasa karena “membetulkan” bentuk yang sudah benar sehingga menjadi salah.

Contoh:
Utang       (betul)             menjadi           hutang (hiperkorek)                                                  
Pigura       (betul)             menjadi           figura  (hiperkorek)                                                  
Jadwal      (betul)             menjadi           jadual  (hiperkorek)                                                  
Asas          (betul)             menjadi           azas     (hiperkorek)                                                  
Ijazah        (betul)             menjadi           ijasah   (hiperkorek)                                                  
Izin           (betul)             menjadi           ijin       (hiperkorek)                                                  
Zaman      (betul)             menjadi           jaman   (hiperkorek)                                      
Khawatir   (betul)             menjadi           kuatir   (hiperkorek)              

E.  Kata Baku dan Kata Tidak Baku

Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk. Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.

Suatu kata bisa diklasifikasikan tidak baku bila kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Biasanya hal ini muncul dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa tutur. Kita sering menyepelekan tutur kata yang kita ucapkan. Padahal yang kita ucapkan belum tentu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sedangkan kata tidak baku merupakan kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan. Seperti misalnya dalam bahasa percakapan sehari – hari, bahasa tutur.

Terdapat 4 fungsi dilakukan pembakuan kata dalam bahasa Indonesia, diantaranya:
1.      Fungsi Pemersatu
Fungsi ini mempunyai maksud, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi harus mampu mempersatukan suku – suku yang jumlahnya mencapai ratusan suku di Indonesia. Selain itu harus mampu menjadi pengungkap kebudayaan nasional yang berasal dari tradisi, adat, suku, dari seluruh wilayah Indonesia.
2.      Fungsi Penanda Kepribadian
Artinya pembakuan bahasa Indonesia harus mengarah pada bahasa Indonesia modern yang mencerminkan ciri manusia Indonesia modern yang beradab.
3.      Fungsi Penambah Kewibawaan
Yang dimaksud ialah pembakuan yang mengarah pada penggunaan bahasa Indonesia di bidang teknologi modern dan kebudayaan baru serta digunakan secara mahir oleh para pemakainya akan meningkatkan kewibawaan bahasa dan pemiliknya.
4.      Fungsi Kerangka Acuan
Yaitu ukuran yang disepakati bersama tentang penggunaan bahasa dalam konteks tertentu.

Ragam Baku yang Terdapat dalam Bahasa Indonesia
Ada 13 ciri ragam baku yang terdapat dalam bahasa Indonesia, diantaranya:
 Penggunaan prefiks ber- dan me- secara eksplisit dan konsisten untuk kata – kata kerja yang mengharuskan penggunaan prefiks tersebut. (bertolak, membantu)
 Penggunaan kata tugas secara eksplisit dan konsisten. (oleh, kepada)
 Penggunaan kata tugas sesuai dengan fungsinya.
 Penggunaan fungsi – fungsi gramatikal secara eksplisit dan konsisten.
 Penggunaan bentuk gramatikal yang tidak redundan.
 Penggunaan struktur logika yang benar. (antara – dan)
 Penggunaan kata sapaan formal, dan menghindari penggunaan kata sapaan tidak formal. (Anda, Saudara, Bapak)
 Penggunaan pola urutan “aspek + pelaku + kata kerja” pada bentuk kata kerja pasif berperilaku. (sudah kami usulkan, dapat kami simpulkan)
 Penggunaan bentuk terpadu (sintetik), buka bentuk terberai (analitik). (kasih nasihat = menasihati, bikin pusing = memusingkan)
 Penggunaan lafal baku dalam pemakaian bahasa lisan, yaitu lafal bahasa Indonesia yang tidak dikenali lagi ciri kedaerahannya. (sistem bukan dibaca ‘e’ pepet, tetapi dibaca ‘i’ /sistim)
 Menggunakan sistem tulis resmi dalam pemakaian bahasa tulis. (apotek, karier)
 Terhindar dari pemendekan bentuk kata dan bentuk kalimat. (ndak = tidak, ke mana? = Anda akan pergi ke mana?)
 Terhindar dari pemakaian unsur gramatikal, leksikal, maupun lafal kedaerahan dan asing. (Mbantul = Bantul, khenerasi = generasi)
Penggunaan ragam baku biasanya pada: surat menyurat antarlembaga, laporan keuangan, karangan ilmiah, lamaran pekerjaan, surat keputusan, perundangan, nota dinas, rapat dinas, pidato resmi, diskusi, penyampaian pendidikan, dan lain – lain.









Contoh: Penulisan kata dasar.
No
Tidak Baku
Baku
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
abjat
Bis
cabe
dekoratip
extra
formil
gisi
hakekat
ijin
jaman
kwitansi
lobang
mubadir
nampak
obyek

abjad
bus
cabai
dekoratif
ekstra
formal
            Gizi
hakikat
izin
zaman
kuitansi
lubang
mubazir
tampak
objek















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat kita ketahui banyak macam perubahan bentuk kata seperti analogi, adaptasi, hiperkorek dan sebagainya. Hal ini menambah pengetahuan dalam kajian morfologi bahasa indonesia dan juga Sesuai dengan perkembangan zaman, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pula. Dalam perkembangan itulah diperlukan adanya acuan yang dapat dijadikan pedoman bagi para masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai perantara berkomunikasi. Tidak hanya dalam berkomunikasi saja, tetapi dalam hal tulis – menulis juga membutuhkan acuan.

Saran
Untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia diharapkan untuk lebih giat belajar tentang morfologi dikarenakan matakuliah ini adalah bagian dari cabang ilmu bahasa yang penting untuk kita pelajari.
















DAFTAR PUSTAKA

Haryati. 2001. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa. Yogyakarta.

Firmanto, D. 2011. Kata Baku dan Tidak Baku. (Online). (http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2139737-kata-baku-dan-tidak-baku). Diakses pada tanggal 29 Mei 2012.
2011. Perubahan Bentuk  Kata. (Online). (http://tata-bahasa.110mb.com/Perubahan%20Bentuk%20Kata.html). Diakses pada tanggal 28 Mei 2012.
2009. Macam-macam perubahan bentuk kata. (Online). (http://st286290.sitekno.com/article/7127/materi-pertemuan-i-poltek-telkom.html). Diakses pada tanggal 29 Mei 2012.
2011.  Hiperkorek. (Online). (http://deskripsi.com/h/hiperkorek). Diakses pada tanggal 28 Mei 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar