BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
pertumbuhan bahasa banyak kata yang mengalami perubahan. Perubahan-perubahan
pada suatu kata tidak hanya terjadi karena proses adaptasi, tetapi juga
disebabkan bermacam-macam hal lain, misalnya salah dengar, usaha memendekkan
suatu kata yang panjang dan sebagainya. Kata bis yang sehari-hari dipakai sebenarnya berasal dari kata veniculum
omnibus, yang berarti ‘kendaraan untuk umum'. Tetapi karena
terlalu panjang maka yang diambil hanya suku kata terakhir, yang sebenarnya
hanya merupakan sebuah akhiran. Perlu kita ketahui juga bahasa indonesia
bersifat dinamis, serta perubahan-perubahan itu disebabkan oleh berbagai proses
morfologis. Dari makalah yang kami susun ini akan membahas tentang perubahan
bentuk kata seperti analogi, adaptasi, kontaminasi, hiperkorek, kata baku serta
kata pasar (tidak baku).
B. Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatas dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan perubahan bentuk kata analogi, adaptasi, kontaminasi,
hiperkorek dalam morfologi bahasa indonesia?
2. Apa
pengertian antara kata baku dengan kata yang tidak baku dalam bahasa Indonesia?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dapat
kita ketahui tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui
perubahan bentuk kata analogi, adaptasi, kontaminasi, hiperkorek.
2. Mengetahui
pengertian kata baku dan tidak baku dalam bahasa indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Perubahan
Bentuk Kata
Perubahan bentuk
kata dapat kita bedakan atas 1) perubahan dari bentuk kata-kata dari
pebendaharaan kata-kata asli suatu bahasa karena pertumbuhan dalam bahasa itu
sendiri, 2) perubahan dari kata-kata pinjaman.
A. Adaptasi
Bahasa Indonesia
selama berabad-abad mendapat bermacam-macam pengaruh dari luar, yaitu pengaruh
dari bahasa-bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah. Semua bentuk asing itu tidak
diterima begitu saja, tetapi selalu mengalami proses penyesuaian atau adaptasi
sesuai dengan struktur bahasa Indonesia.
Adaptasi atau penyesuaian bentuk
itu dapat dibedakan atas:
1. Adaptasi berdasarkan sistem
fonologi bahasa Indonesia.
Contoh: Voorschot (Belanda) >
Persekot
Voorlper (Belanda) > Pelopor
2. Adaptasi
berdasarkan struktur bentuk kata (morfologi) dalam bahasa Indonesia.
Contoh: Parameswari (Sansekerta) > Permaisuri
Prakara (Sansekerta) > Perkara
Bila
bentuk-bentuk asing itu tidak menunjukkan pertentangan-pertentangan atau
perbedaan structural dengan bahasa Indonesia maka kata-kata asing itu diterima
begitu saja tanpa mengalami adaptasi.
B.
Analogi
Analogi adalah
pembentukan suatu kata baru berdasarkan suatu contoh yang sudah ada. Misalnya
berdasarkan bentuk-bentuk seperti sosialisme, sosialis, dan lain-lain,
terbentuklah kata-kata seperti marhaenisme, marhaenis, pancasilais, dan
lain-lain.
C.
Kontaminasi atau Perancuan
Selain dari
analogi ada cara pembentukan lain yang disebut kontaminasi atau perancuan,
yakni dari dua ungkapan yang berlainan diturunkan suatu ungkapan baru.
Contoh:
Dari ungkapan-ungkapan membungkukkan badan dan menundukkan kepala dibuat kontaminasi:
menundukkan kepala.
Contoh kontaminasi frase:
Kadang-kadang (benar)
Ada kala(nya) (benar)
Kadang kala (kontaminasi)
Berulang-ulang (benar)
Berkali-kali (benar)
Berulang kali (kontaminasi)
Kadang-kadang (benar)
Ada kala(nya) (benar)
Kadang kala (kontaminasi)
Berulang-ulang (benar)
Berkali-kali (benar)
Berulang kali (kontaminasi)
Contoh kontaminasi kalimat:
Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (benar)
Dalam rapat itu, hadir para pejabat setempat. (benar)
Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (kontaminasi)
Anak-anak dilarang merokok. (benar)
Anak-anak tidak boleh merokok. (benar)
Anak-anak dilarang tidak boleh merokok. (kontaminasi)
Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (benar)
Dalam rapat itu, hadir para pejabat setempat. (benar)
Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (kontaminasi)
Anak-anak dilarang merokok. (benar)
Anak-anak tidak boleh merokok. (benar)
Anak-anak dilarang tidak boleh merokok. (kontaminasi)
D. Hiperkorek
Hiperkorek
adalah kesalahan berbahasa karena “membetulkan” bentuk yang sudah benar
sehingga menjadi salah.
Contoh:
Utang (betul) menjadi hutang (hiperkorek)
Pigura (betul) menjadi figura (hiperkorek)
Jadwal (betul) menjadi jadual (hiperkorek)
Asas (betul) menjadi azas (hiperkorek)
Ijazah (betul) menjadi ijasah (hiperkorek)
Izin (betul) menjadi ijin (hiperkorek)
Zaman (betul) menjadi jaman (hiperkorek)
Khawatir (betul) menjadi kuatir (hiperkorek)
E. Kata Baku dan Kata Tidak Baku
Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai
dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu,
termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat
ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya
menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang
disepakati terbentuk. Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah
dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan
secara tepat.
Suatu kata bisa diklasifikasikan tidak baku bila
kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang
ditentukan. Biasanya hal ini muncul dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa
tutur. Kita sering menyepelekan tutur kata yang kita ucapkan. Padahal yang kita
ucapkan belum tentu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sedangkan
kata tidak baku merupakan kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang ditentukan. Seperti misalnya dalam bahasa percakapan sehari –
hari, bahasa tutur.
Terdapat 4 fungsi dilakukan pembakuan kata dalam
bahasa Indonesia, diantaranya:
1. Fungsi
Pemersatu
Fungsi ini mempunyai maksud, bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi harus mampu mempersatukan suku – suku
yang jumlahnya mencapai ratusan suku di Indonesia. Selain itu harus mampu
menjadi pengungkap kebudayaan nasional yang berasal dari tradisi, adat, suku,
dari seluruh wilayah Indonesia.
2. Fungsi
Penanda Kepribadian
Artinya pembakuan bahasa Indonesia harus mengarah
pada bahasa Indonesia modern yang mencerminkan ciri manusia Indonesia modern
yang beradab.
3. Fungsi
Penambah Kewibawaan
Yang dimaksud ialah pembakuan yang mengarah pada
penggunaan bahasa Indonesia di bidang teknologi modern dan kebudayaan baru
serta digunakan secara mahir oleh para pemakainya akan meningkatkan kewibawaan
bahasa dan pemiliknya.
4. Fungsi
Kerangka Acuan
Yaitu ukuran yang disepakati bersama tentang
penggunaan bahasa dalam konteks tertentu.
Ragam Baku yang Terdapat dalam Bahasa Indonesia
Ada 13 ciri ragam baku yang terdapat dalam bahasa
Indonesia, diantaranya:
Penggunaan prefiks ber- dan me- secara eksplisit
dan konsisten untuk kata – kata kerja yang mengharuskan penggunaan prefiks
tersebut. (bertolak, membantu)
Penggunaan kata tugas secara eksplisit dan
konsisten. (oleh, kepada)
Penggunaan kata tugas sesuai dengan fungsinya.
Penggunaan fungsi – fungsi gramatikal secara
eksplisit dan konsisten.
Penggunaan bentuk gramatikal yang tidak redundan.
Penggunaan struktur logika yang benar. (antara –
dan)
Penggunaan kata sapaan formal, dan menghindari
penggunaan kata sapaan tidak formal. (Anda, Saudara, Bapak)
Penggunaan pola urutan “aspek + pelaku + kata
kerja” pada bentuk kata kerja pasif berperilaku. (sudah kami usulkan, dapat
kami simpulkan)
Penggunaan bentuk terpadu (sintetik), buka bentuk
terberai (analitik). (kasih nasihat = menasihati, bikin pusing = memusingkan)
Penggunaan lafal baku dalam pemakaian bahasa
lisan, yaitu lafal bahasa Indonesia yang tidak dikenali lagi ciri
kedaerahannya. (sistem bukan dibaca ‘e’ pepet, tetapi dibaca ‘i’ /sistim)
Menggunakan sistem tulis resmi dalam pemakaian
bahasa tulis. (apotek, karier)
Terhindar dari pemendekan bentuk kata dan bentuk
kalimat. (ndak = tidak, ke mana? = Anda akan pergi ke mana?)
Terhindar dari pemakaian unsur gramatikal,
leksikal, maupun lafal kedaerahan dan asing. (Mbantul = Bantul, khenerasi =
generasi)
Penggunaan ragam baku biasanya pada: surat menyurat
antarlembaga, laporan keuangan, karangan ilmiah, lamaran pekerjaan, surat
keputusan, perundangan, nota dinas, rapat dinas, pidato resmi, diskusi,
penyampaian pendidikan, dan lain – lain.
Contoh:
Penulisan kata dasar.
No
|
Tidak
Baku
|
Baku
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
|
abjat
Bis
cabe
dekoratip
extra
formil
gisi
hakekat
ijin
jaman
kwitansi
lobang
mubadir
nampak
obyek
|
abjad
bus
cabai
dekoratif
ekstra
formal
Gizi
hakikat
izin
zaman
kuitansi
lubang
mubazir
tampak
objek
|
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat kita ketahui banyak macam perubahan bentuk
kata seperti analogi, adaptasi, hiperkorek dan sebagainya. Hal ini menambah
pengetahuan dalam kajian morfologi bahasa indonesia dan juga Sesuai dengan
perkembangan zaman, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pula. Dalam
perkembangan itulah diperlukan adanya acuan yang dapat dijadikan pedoman bagi
para masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai perantara berkomunikasi.
Tidak hanya dalam berkomunikasi saja, tetapi dalam hal tulis – menulis juga
membutuhkan acuan.
Saran
Untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia diharapkan untuk lebih giat belajar tentang morfologi dikarenakan
matakuliah ini adalah bagian dari cabang ilmu bahasa yang penting untuk kita
pelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Haryati. 2001. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa. Yogyakarta.
Firmanto, D. 2011. Kata Baku dan Tidak Baku. (Online). (http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2139737-kata-baku-dan-tidak-baku).
Diakses pada tanggal 29 Mei 2012.
2011.
Perubahan Bentuk Kata. (Online). (http://tata-bahasa.110mb.com/Perubahan%20Bentuk%20Kata.html).
Diakses pada tanggal 28 Mei 2012.
2009.
Macam-macam perubahan bentuk kata. (Online). (http://st286290.sitekno.com/article/7127/materi-pertemuan-i-poltek-telkom.html).
Diakses pada tanggal 29 Mei 2012.